Kabar nunukan.co, 3 Juli 2016
Oleh : Angga Passakanawang
Berbagai kasus
negatif yang melibatkan pelajar seperti tidak ada habisnya. Derasnya arus
informasi yang terus merongrong kebudayaan bangsa seperti tak terbendung. Hanya
melalui drama saja, pengaruh budaya luar sudah bercokol di generasi muda kita. Penjajahan
budaya ini bukanlah hal baru, karena di era 90-an pun budaya India melalui
film-filmnya juga berhasil menguatkan pengaruhnya kepada generasi saat itu. Hal
ini memberi kesan bahwa kita adalah bangsa yang kehilangan karakter dasarnya.
Berangkat dari
hal tersebut, pemerintah mencanangkan pendidikan karakter untuk menguatkan
pondasi jati diri bangsa. Ada 18 nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan
menurut Puskur Depdiknas 2010, yaitu : Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin,
Kerjakeras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan,
Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai,
Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab; namun,
tentu saja program ini bukanlah ilmu sihir yang serta merta mengembalikan
karakter bangsa yang memudar.
Implementasi
dari pendidikan karakter haruslah dibarengi dengan usaha yang masif, dimana
sumber daya manusia sebagai penggerak pendidikan perlu disiapkan lebih dahulu. Mempersiapkan
SDM guru dalam mengembangkan pendidikan karakter bukanlah hanya berpijak pada
kuantitas tapi juga harus memperhatikan kualitas. Pendekatan kuantitas yang
hanya menutupi kekurangan jumlah tidak akan efektif tanpa di barengi dengan
peningkatan kompetensi. Tapi, tidak mungkin juga persoalan kualitas ini bisa
dipecahkan apabila tidak ada data yang akurat tentang kualitas itu sendiri. Penyimpangan
data akan mengakibatkan penyimpangan dalam kebijakan. Sangat diperlukan sebuah
pemetaan kemampuan guru dalam melaksanakan pendidikan karakter sebelum kita
benar-benar melaksanakan pendidikan karakter itu.
Keberhasilan
pendidikan karakter juga dipengaruhi oleh jenis informasi yang diserap oleh anak
di lingkungannya. Menurut Qurais Shihab, situasi kemasyarakatan dengan sistem
nilai yang dianutnya, memepengaruhi nilai sikap dan cara pandang masyarakat
secara keseluruhan. Pola pikir materialistis (hanya mementingkan uang) yang
berkembang akhir-akhir ini, dikhawatirkan mempengaruhi pola pikir anak terhadap
pendidikan bahwa pendidikan hanyalah semata-mata untuk mencari uang saja. Melenceng
dari tujuan pendidikan sesungguhnnya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Peran orang tua dan tokoh-tokoh
masyarakat tentunya tidak semata-mata memberi nasehat saja. Namun juga sebagai
teladan dengan pendekatan keagamaan maupun etika-etika budaya.
Internet sebagai salah satu sumber belajar juga bagai
pisau bermata dua yang memberi efek positif jika di gunakan sebagaimana
mestinya tetapi juga bisa berefek negatif jika digunakan sebaliknya. Dari
internetlah berkembang trend negatif
yang diikuti oleh remaja. Kita patut mengapresiasi usaha-usaha Kementerian
Komunikasi dan Informatika, dalam memblokir situs-situs negatif. Walaupun masih
ada saja situs yang lolos dari pemblokiran. Setidaknya usaha tersebut
meringankan tugas orang tua dan guru mendampingi anak berselancar di dunia
maya. Menutup akses anak terhadap internet pun bukanlah tindakan bijak
mengingat tuntutan untuk mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Anak
yang tertutup aksesnya kedunia informasi akan gagap teknologi alias gaptek. Mereka akan tereliminasi di masa
yang akan datang.
Faktor lain yang
tidak kalah pentingnya adalah dukungan dari pemangku jabatan di dunia
pendidikan. Kebijakan-kebijakan yang mendukung terealisasinya pendidikan
karakter secara menyeluruh sangat di harapkan untuk menggerakkan birokrasi dan
stakeholder di sekolah-sekolah. Menciptakan iklim birokrasi yang menjunjung
tinggi nilai-nilai karakter bangsa. Perbaikan gedung-gedung sekolah yang roboh,
pembangunan sekolah-sekolah baru, dan berbagai renovasi-renovasi fisik di
bidang pendidikan , tidaklah dipandang sebagai sebuah komoditas tetapi hendaknya
juga mengacu pada pembangunan manusia.
Semoga dengan implementasi pendidikan karakter
di sekolah-sekolah yang didukung oleh masyarakat dan pemangku kepentingan, kita
dapat mengembalikan jati diri bangsa yang dilandasi oleh patriotisme dan rasa
cinta tanah air.
0 comments:
Post a Comment